3 Taktik 'Deracinement' (Pencabutan Akar) yang Dipakai HR untuk Membuatmu Patuh Tanpa Perlu Kontrak
Sebagai mantan insider HR, saya tahu rahasia tergelap: kontrak adalah kemewahan, bukan hak. Banyak sistem, terutama yang berkedok 'proyek mulia' atau 'startup dinamis', sengaja tidak memberikannya. Tujuannya? Melakukan 'Déracinement' atau pencabutan akar, sebuah konsep filosofis dari Simone Weil.
Pekerja yang 'tercabut' akarnya—tanpa kontrak, tanpa jam kerja pasti, tanpa gaji tepat waktu—adalah pekerja yang paling mudah dikendalikan. Mereka tidak punya pijakan hukum, sosial, atau finansial. Mereka sibuk bertahan hidup, bukan menuntut hak.
Ini adalah 3 taktik yang mereka gunakan untuk mencabut akarmu:
1. Ambiguitas sebagai Senjata
Jam kerja tidak menentu. Job desk 'fleksibel' (baca: apa saja). Ini disengaja. Ambiguitas menciptakan kecemasan. Kamu tidak pernah tahu kapan kamu 'aman'. Kamu bekerja ekstra, berharap 'dianggap' baik, padahal kamu hanya dimanipulasi untuk memberikan tenaga gratis.
KONTEN VERSI TANPA FILTER
Suka dengan artikel ini? Di channel Telegram kami, pembahasannya lebih liar. Dapatkan curhatan produk, tips-tips getir, dan renungan harian yang tidak akan kamu temukan di tempat lain.
Gabung Gratis di Channel SEP!K2. Pembayaran sebagai 'Hadiah', Bukan Hak
Gaji yang terlambat adalah tes psikologis. Sistem ingin melihat seberapa lama kamu bertahan. Saat akhirnya dibayar, kamu merasa 'bersyukur' dan 'lega', bukan merasa 'berhak'. Mereka mengubah hak fundamentalmu menjadi sebuah kebaikan hati yang sporadis dari sang 'master'.
3. Misi Mulia sebagai Anestesi
Ini yang paling jahat. Mereka menggunakan narasi besar—'kita mengubah dunia', 'ini untuk amal', 'ini demi bangsa'—untuk menutupi fakta bahwa mereka tidak membayarmu. Kamu dieksploitasi, tapi kamu diminta merasa bersalah jika menuntut upah, seolah kamu meragukan 'misi suci' itu. Ini adalah perbudakan yang dibungkus spiritualitas palsu. Kamu adalah alat, bukan bagian dari misi.