Otopsi 'White-Collar Crime' di Kantor: Kenapa Manajer Mencuri Jam Kerja Dianggap 'Dedikasi', Tapi Staf Istirahat Dianggap 'Maling'
Edwin Sutherland, bapak kriminologi, pasti akan tertawa getir melihat kantor modern. Dia menciptakan istilah 'White-Collar Crime'—kejahatan oleh orang terhormat. Di korporat, ini adalah menu harian HR. Saya muak melihatnya.
Contoh: Karyawan staf telat 10 menit, sistem absensi otomatis memotong gaji. Labelnya: 'Pelanggaran Disiplin'. Tapi, seorang manajer senior memaksa timnya lembur 3 jam setiap hari tanpa bayaran. Labelnya: 'Membangun Dedikasi Tim'. Ini adalah pencurian upah yang dilembagakan.
Karyawan mengambil pulpen kantor (nilai 5 ribu), itu 'pencurian aset'. Manajer mengambil keputusan investasi bodoh yang membakar uang 5 miliar, itu 'risiko strategis yang bisa dimaklumi'. Sistem tidak adil? Bukan, sistem bekerja *sesuai desain*.
KONTEN VERSI TANPA FILTER
Suka dengan artikel ini? Di channel Telegram kami, pembahasannya lebih liar. Dapatkan curhatan produk, tips-tips getir, dan renungan harian yang tidak akan kamu temukan di tempat lain.
Gabung Gratis di Channel SEP!KDalam Kriminologi Konflik, hukum (dan SOP perusahaan) adalah alat pemegang kekuasaan (manajemen) untuk mengontrol kelas pekerja (karyawan). 'Aturan' dibuat bukan untuk keadilan, tapi untuk *kontrol*. Ketika kamu melihat seorang 'petinggi' mendapat keringanan hukuman atau peraturannya dibengkokkan, jangan kaget. Itu bukan anomali, itu adalah fitur utama dari sistem.
HR ada bukan untuk melindungimu. HR ada untuk melindungi perusahaan *dari* kamu. Mereka adalah pengacara internal untuk kejahatan kerah putih di lantai eksekutif. Mereka memastikan pelanggaranmu dicatat, dan pelanggaran atasanmu 'diselesaikan secara internal' (dihilangkan).